Bagi sebagian orang, dunia ini tidaklah menarik, dipenuhi rasa bosan dan segala keluh kesah yang terlontar. Sebagian orang merasa tertindas akan ketidak adilan yang dirasakan karena persepsi pikirannya sendiri, keadaan lingkungannya ataupun manusia disekitarnya. Tentu saja saya menjadi pengecualian disini.

Nafsu primitif tak pernah lekang dari zaman dahulu kala ketika manusia masih berburu dengan batu hingga zaman modern saat ini. Kejahatan tak pernah pudar sampai nanti matahari hanya sepenggal jaraknya. Saat ini bukan lagi dunia barbar dimana otot lebih difungsikan daripada otak manusia. Lihatlah para penguasa saat ini, tidak perlu menjadi orang yang berotot untuk dapat menguasai orang lain.

Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, pikiran manusiapun semakin maju, kekuatan fisik bukan segalanya. Bukan tempat untuk para martil yang sukanya adu fisik, karena meraka memang cupet dan sesat fikir. Pikiran manusia adalah segalanya, ampuh untuk mempengaruhi manusia.

Apakah segala keputusan yang kamu ambil berdasarkan kesadaran pikiranmu sendiri? Atau hanya karena kamu terpengaruh orang lain?  Tidak ada yang benar-benar salah ataupun benar-benar benar, namun jika sedianya kamu mengambil tindakan karena keputusanmu sendiri secara sadar, itulah yang paling benar.

Bisa saja kamu menerima rayuan, provokasi, intimidasi atau apapun itu yang dapat mempengaruhimu, tapi tetap kamulah yang punya kuasa atas pikiranmu dalam mengambul keputusan. Orang lain tidak bisa mengambil alih pikiranmu, pikiranmu adalah milikmu seutuhnya. Menjadi korban atas pengaruh orang lain atau menjadi dalang kehidupamu sendiri, semata-mata itu adalah keputusanmu sendiri.

Jadilah subjek atas pikiranmu sendiri, jangan mudah percaya dengan orang lain, termasuk dengan saya. Berpegang teguhlah pada prinsipmu, bertanggung jawablah atas segala keputusan dan tindakanmu, karena itu murni perbuatanmu, bukan kesalahan sesamamu, duniamu maupun keadaan. Setuju atau tidak itu bukan menjadi urusanmu, karena seharusnya memang begitu, karena kamulah sang penguasa alam pikiranmu.

  1. Tidak Mau Tapi Tidak Mau | The Satrianto Show: Beraksi Kembali!
    Nov 13, 2016

    […] nggak sedang dalam setelan nyebahi, Septri sebenarnya adalah lawan ngobrol yang asyik. Ditambah pengetahuan serta pengalamannya dalam bidang klenik dan kejawen, Septri seaslinya adalah […]

    Reply